Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Biomethagreen Karya Dosen Unpad, Hasilkan Biogas dari Sampah Perkotaan

[Unpad.ac.id, 17/01/2011] Mengurus sampah bukanlah pekerjaan yang sederhana. Sampah yang terlalu banyak dan tak terkendali bisa merugikan bahkan membahayakan lingkungan dan kehidupan masyarakat di sekitarnya. Perlu ada penanganan yang komprehensif dan terpadu untuk mewujudkan lingkungan bebas sampah. Dengan sedikit sentuhan teknologi, tumpukan sampah itu bisa menghasilkan keuntungan, Biomethagreen salah satunya. Konsep yang digagas salah satu dosen Unpad ini adalah memanfaatkan sampah organik menjadi biogas yang bernilai guna.
Muhammad Fatah Wiyatna (memegang microphone) sedang menjelaskan proses kerja Biomethagreen yang beroperasi di perumahan Griya Taman Lestari, Tanjung
“Selain berupaya menyelesaikan persoalan sampah dengan mengolahnya, ini juga diarahkan kepada bidikan lain yaitu untuk menghasilkan sumber energi baru berupa biogas dan juga masalah ketersediaan pupuk. Dari hasil penelitian dan analisa kami, hasil dari pengolahan limbah ini mengandung hara yang cukup bagus dan siap serap, jadi bisa berpotensi menjadi pupuk cair,” ujar Muhammad Fatah Wiyatna, Dosen Fakultas Peternakan (Fapet) Unpad sekaligus penggagas konsep Biomethagreen itu saat ditemui di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Dinamika Pembangunan (PDP) Unpad, Gedung 4 lt.2, Kampus Unpad, Jl. Dipati Ukur No. 35, Bandung, Jumat (14/01). Hadir pula Ketua PDP Unpad, Rija Sudirja dan Direktur Marketing PT. Biomethagreen Lingga Lestari, Edwin Berlian.

Biomethagreen adalah konsep pengelolaan sampah di tempat, ramah lingkungan dan berdaya guna. Jika sampah sudah dikelola dari setiap sumbernya seperti pemukiman, pasar, hotel, rumah makan, rumah sakit, perkantoran dan sebagainya, maka akan sangat sedikit residu sampah yang diangkut ke TPA sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan, pencemaran lingkungan dan lainnya.

Biomethagreen sangat cocok diterapkan dilokasi-lokasi tersebut karena proses dan tampilannya yang ramah lingkungan dan bentuknya menarik sesuai lokasi dimana instalasi itu dibangun, seperti bentuk perahu yang akan dibangun pada sebuah kafe di Jl. Sumatra Bandung.

Fatah mengatakan bahwa sebenarnya teknologi biogas bukanlah barang yang baru. Tetapi di Indonesia, penerapannya masih sebatas pada kotoran ternak. Bersama peneliti Unpad lain yang diantaranya adalah dosen Fapet Unpad Iman Hernaman, Mansyur, Tidi Dhalika, yang mengembangkan Biomethagreen untuk peternakan, dan Edy Suryadi serta Rija Sudirdja untuk agribisnis pertanian.

“Untuk sampah perkotaan belum banyak yang memanfaatkan. Saya melihat peluang itu ada, jadi kenapa tidak dimanfaatkan, “ jelas Fatah.

Teknologi ini menggunakan sistem anaerob, yaitu sistem tertutup. Bahan organik yang dimasukkan ke dalam biodigester Biomethagreen nantinya akan dirombak oleh bakteri khusus penghasil methan melalui mekanisme perombakan sehingga menghasilkan gas bio. Gas bio yang dihasilkan akan digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak, pemanas ayam (brooder) dan energi listrik yang sangat aman dan bermanfaat.

Fatah memulai uji cobanya di tahun 2008 dengan memanfaatkan area tempat tinggalnya di Tanjungsari, Sumedang Jawa Barat. Saat itu Fatah memulainya dalam skala kecil dengan hanya kapasitas 3 m3, menggunakan 4-5 kg sampah organik per hari, instalasi ini bisa menghasilkan gas bio yang kemudian dipakai untuk keperluan bahan bakar gas sehari-hari.

Selanjutnya bersama Yayasan Saung Kadeudeuh dikembangkan dalam skala lebih besar yaitu kapasitas 8 m3 yang disediakan untuk mengolah sampah organik dari 150 KK, biogas yang dihasilkan digunakan untuk penerangan jalan umum 20 titik di perumahan Griya Taman Lestari.

Banyak yang telah mengapresiasi temuan ini, diantaranya adalah Hendra Saleh anggota Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Perusahaan Listrik Negara Jawa Barat (PKBL PLN) yang mengatakan bahwa kawasan Tanjung Sari, Sumedang merupakan kawasan pertama yang menggunakan konsep Biomethagreen sehingga dapat dijadikan percontohan untuk daerah lainnya.

Selain gas bio yang dihasilkan, sludge hasil dari proses yang keluar dari biodigester ini pun berupa cairan. Limbah ini tidak mengandung bakteri penyebab penyakit dan bahan berbahaya lainnya, bahkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk karena kandungan nutrisinya yang cukup lengkap seperti yang dibutuhkan tanaman.

Pengembangan konsep Biomethagreen ini merupakan naungan dari PT. Biomethagreen Lingga Lestari yang bekerja sama dengan beberapa lembaga seperti Yayasan Saung Kadeudeuh, Dinas Kebersihan Kota Bandung, Bank Jabar Banten, PT. PLN, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar, dan PDP Unpad. Sejauh ini sudah cukup banyak demplot yang telah dibangun, yaitu di wilayah Kabupaten Sumedang, Tomang Petamburan Jakarta Selatan, Kuningan, Majalengka, dan di Bandung.

“Percontohan di Cibangkong Kecamatan Batununggal Kotamadya Bandung rencananya akan diresmikan oleh Rektor Unpad dan Walikota Bandung dalam waktu dekat ini,” ungkap Edwin.

Rija mengatakan bahwa konsep yang digagas oleh Fatah tersebut sangat cocok dengan model yang diusung oleh PDP Unpad baik pengkajian maupun penerapan. Teknologi tepat guna yang dihasilkan bisa langsung diaplikasikan kepada masyarakat. Untuk pengembangannya, PDP Unpad sedang memproses untuk membantu Biomethagreen dalam memperoleh hak paten melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) HKI Unpad, dan diharapkan dapat cepat selesai. (eh)*
Sumber : http://www.unpad.ac.id/

TEKNOLOGI MEMBANGUN DESA

Teknologi? Mendengar kata ini, pikiran Rita senantiasa seperti 'terpaku' pada high-tech. Padahal teknologi tidak selalu identik dengan high-tech dengan mesin-mesin modern yang serba terkomputerisasi. Peralatan yang sangat sederhana yang tanpa kita pernah sadari dan sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari pun bisa disebut pula dengan teknologi.

Dalam peradaban manusia, teknologi sudah banyak membantu kehidupan manusia hingga detik kini. Masih ingat bagaimana manusia purba yang hidup ratusan tahun yang lalu dalam menggunakan kapak yang terbuat dari pecahan batu saat hendak memotong atau megupas sesuatu. Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, teknologi dikembangkan untuk membuat hidup lebih baik, efisien, dan mudah. Penggunaan pecahan batu mulai ditinggalkan yang kemudian mulai tergantikan dengan potongan besi/baja atau sekarang kita sebut dengan pisau. Singkat kata, teknologi merupakan upaya manusia dalam membuat kehidupannya menjadi lebih sejahtera, lebih baik, lebih mudah, lebih enak dan seribu 'lebih' lainnya.

Tak bisa dihindari, manusia selalu hidup bersama teknologi. Sudah jutaan manusia yang hidupnya terbantu oleh kemajuan teknologi. Tidak hanya masyarakat yang hidup diperkotaan, masyarakat yang mendiami daerah-daerah terpencil pun kini sudah merasakan kemajuan teknologi. Bagaimana para petani yang biasanya membajak sawah menggunakan kerbau, kini mulai beralih menggunakan alat membajak dengan menggunakan mesin. Para nelayan tidak lagi melaut hanya mengandalkan tiupan angin. Mereka sudah mulai menggunakan mesin motor untuk melaut. Dengan adanya teknologi, sudah tak terhitung berapa orang warga desa yang terbantu hidupnya. Dalam bekerja, mereka semakin lebih mudah.

Hadirnya teknologi di desa, secara tidak langsung meningkatkan kemampuan produksi, memberikan nilai tambah pada komoditas lokal unggulan (local content), menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tidak hanya itu saja, teknologi menciptakan kelompok-kelompok usaha mandiri yang berkemampuan dalam kegiatan ekonomi produktif. Teknologi membuat desa semakin maju.

Pada umumnya teknologi yang banyak diserap dan digunakan oleh masyarakat desa adalah Teknologi Tepat Guna (TTG). Ciri khas yang paling mendasar dari TTG adalah dapat dibuat dengan biaya yang relatif murah, cara membuatnya sangat mudah, dan menggunakan sumber-sumber daya setempat. Jenis TTG yang banyak digunakan cenderung merupakan alat atau mesin yang menunjang sektor pertanian, peternakan, perikanan, kesehatan, pengolahan pangan, pengelolaan air, sanitasi, dan sampah, pengelolaan masakan, tanaman obat dan sebagainya. Secara teknis, TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Namun sayangnya ketergantungan terhadap Bahan Bakar

Minyak (BBM) makin hari semakin tinggi. Memang, Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun jika tidak bisa dapat mengatur dalam pemanfaatan sumber energi seefisien mungkin, bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan Indonesia akan menjadipengimpor energi.

Maka untuk mewujudkan kemandirian energi pada tahun 2025 seperti diamanatkan dalam PP 5 Tahun 2006, sudah saatnya kita untuk mencari sumber energi alternatif/ baru. Salah satunya adalah memanfaatkan biji jarak untuk dijadikan biodiesel. Bisakah terwujud?


Berawal dari harga minyak dunia yang tinggi hingga mencapai 40 US $ per barel hingga pasokan minyak tanah di seluruh Indonesia yang mulai seret, maka dicari solusi produk baru sebagai pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM). Ditemukan biji jarak yang bisa dijadikan biodiesel. Untuk tingkat paling sederhana biji jarak bisa longsung dipakai untuk memasak dengon menggunakan kompor biji jarak. Karena fungsi biji jarak sebagai pengganti sumbu kompor don minyak.

Dalam kondisi itu, diperlukan tindokan cepat dan cermat. Maka keluarlah Pepres No.5 tentang kebijakan Energi Nasional, kemudian disusul dengan Inpres No.1 tahun 2006 tentang bahan bakar nabati. Semua itu dilakukan dalam rongka mencari bahan bakar nabati pengganti BBM. Hal ini diielaskan oleh Dra. Anna Gurning, Msi., Kasi Rehabilitasi Lingkungan pada Dirjen PMD. "Dengan dasar itulah pertengahan tahun 2006 Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyorakatdan Desa (Ditjen PMD) mencetuskan Desa Mandiri Energi (DME)" jelasnya.

Meskipun dasar hukum mengenai DME sudah jelas, namun tetap saja ada hambatan. Salah satu yang menjadi masalah klasik adalah masalah perdanaan. Sehingga DME tidak bisa diterapkan secara serempak ke seluruh desa yang ada di Indonesia. "Akhirnya kami pilih lima lokasi untuk dijadikan pilot project di Indonesia," paparnya.

Pada Tahun 2007 terpilih 5 daerah yang dijadikan pilot project yaitu Banten, Jawa Barat, Lampung, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggora. Tahun 2008 terpilih 5 lokasi daerah. Dan pada tahun 2009 terpilih 4 lokasi daerah DME. Ada tiga acuan yang digunakan dalam rangka penentuan desa lokasi DME, kata Anno Gurning. Pertama, data dari Badan Pusat Statistik, jumlah data miskin di Indonesia yang lebih dominan. Kedua, banyaknya lahan kritis (Badan Planologi, Departemen Kehutanan). "Ketiga, data dari departemen pertanian mengenai lahan untuk kesesuaian jarak pagar." paparnya.

Untuk menghasil pohon jarak dengan kondisi baik, Ditjen PMD melakukan kerjasama dan koordinator dengan Departemen Pertanian. Karena DME yang dimulai pada 2007 targetnya harus mencapai tiga ribu desa. Untuk membuat semangat, DME selalu melakukan lomba. Rencana ke depan adalah Ditjen PMD tidak menambah desa lagi, tapi menjadikan 14 desa pilot project menjadi desa DME. Jika lima desa saja dapat menjadi desa DME maka itu merupakan prestasi yang bagus. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan pembinaan yang intensif. "Dengan cara kita lebih mengandalkan konsultasi dan dialog ke Pemda, agar investasi yang sudah diberikan tidak sia-sia," kata Anna Gurning.

Tahun depan, direncanakan akan dilakukan pembagian kompor biji jarak kepada warga desa. Jadi minimal desa pilot project DME sudah menggunakan kompor biji jarak. Dengan begitu akan menjadi contoh pada desa pilot project lainnya untuk menanam dan menggunakan biji jarak pagar. Untuk desa percontohan pohon jarak pagar yang buahnya dalam kondisi bagus di Desa Gunung Jati, Serang-Jawa Barat. Seandainya jarak pagar tidak termanfaatkan, tapi kondisi positifnya adalah lahan kritis sudah tidak ada karena sudah ditanam pohon jarak pagar.

Buah Jarak Primadona Energi

Ada pun mekanisme penyaluran biji jarak ke masyarakat sebagai berikut, setelah pemilihan lokasi untuk desa yang akan menjadi pilot project DME, Dirjen PMD atas nama menteri mengirim surat ke Bupati masing-masing wilayah untuk menentukan desa lokasi DME dengan kriteria yang ditentukan. "Setelah dilakukan evaluasi pada desa yang telah ditunjuk Bupati, baru program dikucurkan mulai dari memberikan buah biji jarak ke petani, memberikan upah, memberikan mesin, serta memberikan pelatihan. Hingga pemanfaatan dan pemeliharaan mesin," ucapnya.

Lantaran Ditjen PMD yang menentukan desa lokasi untuk pilot project DME maka "sense of belonging" dari masyarakat desa kurang. "Kecuali mereka yang menulis proposal untuk dijadikan desa pilot project, karena rasa memilikinya sudah ada," pungkasnya. Ada pun lahan yang diperlukan untuk menanam biji jarak adalah seluas 16 hektar. 16 Ha tersebut dibagi-bagi lagi menjadi 1 .hektar untuk pembenihan, 5 hektar untuk kebun induk serta 10 hektar untuk demonstration plot (demplot) atau area percontohan. "Tapi pada prakteknya hanya 15 hektar. Untuk 1 hektar jika cara menanamnya dengan cara monokultur dibutuhkan 1 kg biji jarak, yang akan menghasilkan 1.000 pohon. Estimasinya yong tumbuh sekitar 800 pohon," jelasnya.

Meskipun demikian pada waktu mesin akan diturunkan, pohon jarak belum berbuah serta koordinasi lintas sektor di daerah kurang. Itulah satu dari sekian kendala yang dihadapi. Akibatnya, pohon jarak tidak menghasilkan buah sesuai masa kerjanya, yaitu dalam waktu 6 bulan pohon jarak akan menghasilkan buah 250 kg dari lahan 1 hektar. "Pohon jarak akan maksimal setelah 3 tahun. Dengan catatan harus dirawat korena akan menghasilkan buah yang banyak", lanjut Anna.

BerpikirJangka Pendek

Disamping itu, tidak mudah bagi mereka untuk memberikan pemahaman tentang DME kepada warga desa. Sebab, warga desa umumnya hanya berpikir jangka pendek. "Warga desa hanya berpikir tanam, jual dan dapat uang. Mereka tidak berpikir biji jarak itu dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari," sambungnya. Padahal waktu yang dipakai untuk mencari kayu bakar bisa dipakai untuk kegunaan yang lain. "Uang yang dipakai untuk koyu bakar bisa dipakai untuk kebutuhan yang lain. Semuanya itu berar+i mengurangi beban masyarakat/tuturnya. "Kami secara bertahap ingin mengubah pola pikir warga desa. Dengan ada DME, beban pengeluaran masyarakat miskin bisa berkurang. Mereka tidak menjarah dan merusak hutan untuk mencari kayu bakar. "Ini berarti warga desa sudah memberikan kontribusi untuk mengurangi pemanasan global (global warming),"pungkasnya.

Karena terbiasa dengan pikiran instan, sementara satu sisi DME merupakan proses mulai dari penyiapan lahan, penyemaian, penanaman dan perawatan, DME seakan jalan ditempat. Namun bagaimana pun, DME merupakan investasi yang harus dilakukan mulai sekarang. Dari 5 lokasi yang dijadikan pilot project poda 2007, kata Anna Gurning sudah menghasilkan. Tapi pada kenyataan sampai saat ini belum maksimal. "Ini karena koordinasi dan perhatian Pemda kepada program DME itu kurang. Mereka menganggap bahwa ini bukan program prioritas. Kalaupun bahan bakar sampai saat ini terjangkau tapi persediaannya hanya untuk 20 tahun," ujarnya. Ada pun lokasi DME yang benar-benar berhasil ada di Lampung Timur. Ini karena animo dan binaan dari Pemda sangat intensif. Timbul pemikiran baru, bagaimana caranya ke depan agar semua program dapat berjalan sebagaimana adanya karena kecenderungan untuk membuat pemahaman bahwa DME bukan program pusat melainkan merupakan program nasional.
 
Sumber : Jurnal Terpadu Depdagri
Foto : http://peternakan.unpad.ac.id/

7482 RTSM TERIMA DANA PKH

Pencairan dana Program Keluarga Harapan (PKH) tahap I di Kabupaten Sidoarjo sudah dilakukan pertengahan Maret kemarin. Ada sebanyak 7.482 Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang telah menerimanya.

Disampaikan Kasie Bina Lembaga Sosial Dinsosnakertrans Kab Sidoarjo, Rupiyatun, kemarin, PKH di Sidoarjo diberikan kepada RTSM di 11 kecamatan. Sedangkan 7 kecamatan hingga kini belum direalisasikan oleh pusat.

7 kecamatan tersebut diantaranya Sidoarjo, Porong, Tanggulangin, Jabon, Taman, Tulangan dan Candi.

Menurut Rupiyatun, dalam setiap rakor di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten, ke 7 kecamatan tersebut selalu diusulkan agar dapat menerima dana PKH. Apalagi di dalam 7 kecamatan tersebut, terdapat 2 kecamatan yang wilayahnya menjadi korban lumpur lapindo.

"Yakni kecamatan Porong dan Jabon,’’ kata Rupiyatun.

Dana PKH ini kata Rupiyatun sangat penting bagi RTSM. Sebab bisa bermanfaat untuk biaya pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan balita dan menyekolahkan anak mulai dari SD hingga SMP.

Karena pentingnya dana PKH ini, ia berharap kepada RTSM agar tidak sampai menyalahgunakan biaya yang diberikan tersebut. Misalnya untuk keperluan lain. Misalnya membeli televisi.

"Insya ALLAH di Sidoarjo tidak sampai ada,’’ ujarnya.

Tetapi meski demikian, ia mengakui di 11 kecamatan rata-rata masih ada RTSM yang melanggar sanksi komitmen PKH. Yakni bila ibu hamil tidak rutin memeriksakan kehamilan, tidak rutin membawa balita ke Posyandu dan anak-anaknya jarang masuk sekolah.

"Kalau seperti itu, biasannya dana PKHnya dipotong oleh Pusat,’’ kata Rupiyatun.

Dalam rapat koordinasi PKH, baru-baru ini, disampaikan, oleh Kepala Bidang Sosial Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sidoarjo, Hadi Mulyanto SH MM, Kec Krian pada tahun 2010 lalu merupakan wilayah yang RTSM nya paling banyak mendapat sanksi komitmen pembayaran PKH. Jumlahnya ada 92 RTSM. Diharapkan tahun 2011 bisa berkurang

Program ini menurut Hadi penting, karena itu pelaksanaannya harus berhasil. Program ini memberi bantuan kepada RTSM baik di bidang pendidikan maupun bidang kesehatan. Agar anak-anak RTSM bisa sekolah dan hidup dengan sehat.

Sementara itu disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial Tenaga kerja dan Transmigrasi Sidoarjo, Drs Sumarbowo, tidak semua daerah di Jawa Timur melaksanakan program PKH ini. Di Sidoarjo sudah dimulai sejak tahun 2007 lalu.

Di Sidoarjo menurutnya masih ada jatah RTSM untuk mendapatkan dana PKH. Karena itu minta kepada masyarakat untuk segera melaporkan bila ada keluarga yang masuk kategori RTSM. (ali)

Sumber : http://www.sidoarjokab.go.id/

Cabai Rawit dan Manfaatnya

Cabai Rawit(Capsicum frutescens L.)
 
Sinonim :
C. ,fastigiatum BL, C. minimum Roxb.

Familia :
solanaceae.




Uraian :
 
Tanaman budidaya, kadang-kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman sayur atau tumbuh liar di tegalan dan tanah kosong yang terlantar. Tumbuhan ini berasal dari Amerika tropik, menyukai daerah kering, dan ditemukan pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Perdu setahun, percabangan banyak, tinggi 50-100 cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas. Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masa.k berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor. Cabai rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap.Cabal rawit dapat diperbanyak dengan biji.

Nama Lokal :
 
NAMA DAERAH 
  • Sumatera: leudeuaarum, l. pentek (Gayo), situdu langit, lacina sipane (Simelungmz), lada limi (Nias), l. mutia (Melayu). 
  • Jawa: cabe rawit, c. cengek (SLCnda), lombok jempling, l. jemprit, l. rawit, l. gambir, l. setan, l. cempling (Jawa), cabhi letek, c. taena manok (Madc,rra). 
  • Nusa Tenggara: tabia krinyi (Bali), kurus(Alor). 
  • Sulawesi: kaluya kapal (bent.), mareta dodi (Mongond.), malita diti (Gorontalo), m. didi (Buol), lada masiwu (Baree), l. marica, l. capa, laso meyong (Mak.),1. meyong, ladang burica, l. marica (Bug.), rica halus, r. padi (Manado). 
  • Maluku: Abrisan kubur (Seram), karatupa batawe (Elpaputi), katupu walata (Waraka), araputa patawe (Atamano), kalapita batawi (Amahai), karatuba manesane (Nuaulu), karatupa. batawi (Sepcc), maricang kekupe (Weda), rica gufu (Ternate). 
  • Irian: metrek wakfoh (Sarmi), basen tanah (Barik). 
 
NAMA ASING La jiao (C), cayenne peper (B), piment de cayenne (P), piment enrage, guineapfeffer (J), pasites, sili (Tag.), cayenne, chilli (I). 
 
NAMA SIMPLISIA Capsici frutescentis Fructus (buah cabe rawit).

Penyakit Yang Dapat Diobati :
 
Cabai rawit rasanya pedas, sifatnya panas, masuk meridian jantung dan pankreas. 
 
Tumbuhan ini berkhasiat tonik, stimulan kuat untuk jantung dan aliran darah, antirematik, menghancurkan bekuan darah (antikoagulan), meningkatkan nafsu makan (stomakik), perangsang kulit (kalau digosokkan ke kulit akan menimbulkan rasa panas. 
 
Jadi, digunakan sebagai campuran obat gosok), peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), peluruh liur, dan peluruh kencing (diuretik). 
 
Ekstrak buah cabai rawit mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans. Daya hambat ekstrak cabal rawit 1 mg/ml setara dengan 6,20 mcg/ml nistatin dalam formamid (Tyas Ekowati Prasetyoningsih, FF UNAIR, 1987).

Pemanfaatan :
 
BAGIAN YANG DIGUNAKAN 
Seluruh bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai tanaman obat, seperti buah, akar, daun, dan batang. INDIKASI Cabai rawit digunakan untuk : menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, batuk berdahak, melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis, migrain. 
 
CARA PEMAKAIAN 
  • Untuk obat yang diminum, buah cabai rawit digunakan sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini cabai rawit dapat direbus atau dibuat bubuk dan pil. 
  • Untuk pemakaian luar, rebus buah cabai rawit secukupnya, lalu uapnya dipakai untuk memanasi bagian tubuh yang sakit atau giling cabai rawit sampai halus, lalu turapkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti rematik, jari terasa nyeri karena kedinginan (frosbite). 
  • Gilingan daun yang diturapkan ke tempat sakit digunakan untuk mengobati sakit perut dan bisul. 
 
CONTOH PEMAKAIAN DI MASYARAKAT 
Kaki dan tangan lemas (seperti lumpuh) Sediakan 2 bonggol akar cabai rawit, 15 pasang kaki ayam yang dipotong sedikit di atas lutut, 60 g kacang tanah, dan 6 butir hung cao. Bersihkan bahan-bahan tersebut dan potong-potong seperlunya. Tambahkan air dan arak sama banyak sampai bahan-bahan tersebut terendam seluruhnya (kira-kira 1 cm di atasnya). Selanjutnya, tim ramuan tersebut. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum, sehari dua kali, masing-masing separo dari ramuan. Sakitperut Cuci daun muda segar secukupnya, lalu giling sampai halus. Tambahkan sedikit kapur sirih, lalu aduk sampai rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian perut yang sakit. Rematik Giling 10 buah cabai rawit sampai halus. Tambahkan 1/2 sendok teh kapur sirih dan air perasan sebuah jeruk nipis, lalu aduk sampai rata. Balurkan ramuan tersebut pada bagian tubuh yang sakit. Frosbite Buang biji beberapa buah cabai rawit segar, lalu giling sampai halus, kemudiam balurkan ke tempat yang sakit. 
 
Catatan: 
 
Penderita penyakit saluran pencernaan, sakit tenggorokan, dan sakit mata dianjurkan untuk tidak mengonsumsi cabai rawit. Rasa pedas di lidah menimbulkan rangsangan ke otak untuk mengeluarkan endorfin (opiat endogen) yang dapat menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan perasaan lebih sehat. 
 
Hasil penelitian terbaru, cabai rawit dapat mengurangi kecenderungan terjadinya penggumpalan darah (trombosis), menurunkan kadar kolesterol dengan cara mengurangi produksi kolesterol dan trigliserida di hati. 
 
Pada sistem reproduksi, sifat cabai rawit yang panas dapat mengurangi rasa tegang dan sakit akibat sirkulasi darah yang buruk. Selain itu, dengan kandungan zat antioksidan yang cukup tinggi (seperti vitamin C dan beta karoten), cabai rawit dapat digunakan untuk mengatasi ketidaksuburan (infertilitas), afrodisiak, dan memperlambat proses penuaan.

Komposisi :
  • Buahnya mengandung kapsaisin, kapsantin, karotenoid, alkaloid asiri, resin, minyak menguap, vitamin (A dan C). Kapsaisin memberikan rasa pedas pada cabai, berkhasiat untuk melancarkan aliran darah serta pematirasa kulit. 
  • Biji mengandung solanine, solamidine, solamargine, solasodine, solasomine, dan steroid saponin (kapsisidin). Kapsisidin berkhasiat sebagai antibiotik. 
Sumber : http://www.iptek.net.id